Subscribe:

Ads 468x60px

Recent Posts

West Ham United

Senin, 28 Oktober 2013

Sampah Pemuda

Dikala mendengar kata “Pemuda” pasti yang akan terpikir oleh kita adalah tentang jiwa yang kuat, semangat yang tak pernah habis dan kreasi yang tidak ada batasnya. Pemuda juga sering disebut sebagai tulang punggung negara. Hal tersebut memang bisa dibenarkan dan ditegaskan kembali layaknya sebuah nama band yang bernama “Pemuda Harapan Bangsa”. Begitu besar harapan suatu bangsa pada pemuda-pemudanya, Bagaimana tidak? karena pemuda lah yang menggagas perubahan, mendorong kebuntuan, dan menemukan sebuah solusi atas tantangan dunia. Bahkan seorang Soekarno pun sangat berharap kepada para pemudanya dan pernah berkata “Beri Aku 10 Pemuda, Akan Kuguncang Dunia” Beliau berkata seperti itu sangat menegaskan bahwa kaum muda bisa membawa Indonesia menjadi negara maju.
Jika kita membicarakan tentang pemuda Indonesia tentu kita ingat dengan adanya peristiwa “Soempah Pemoeda” yang 85 tahun lalu diikrarkan oleh seluruh pemuda-pemudi Indonesia yang menginginkan kemerdekaan. Kesucian sumpah pemuda disini terjaga dengan adanya persatuan antar golongan yang ada di negeri ini dan tentu pengabdian yang diberikan oleh para pemuda untuk negeri ini. 85 tahun sumpah pemuda bisa menjadi cerminan apakah makna yang terkandung dalam sumpah pemuda itu sendiri bisa terpatri dalam diri pemudanya?. Di usianya yang semakin tua ini seakan-akan banyak para pemuda yang cuek dan tidak peduli terhadap sumpah pemuda. Masih ada memang sebagian pemuda yang ikut memperingati sumpah pemuda dan hal tersebut perlu diberikan apresiasi, namun kebanyakan pemuda-pemudi  tak mengetahui apa esensi dari perayaan acara sumpah pemuda tersebut. Banyak yang hanya ikut-kutan merayakan namun di balik layar jika melihat kelakuannya sendiri sangat jauh dari apa yang menjadi semangat dalam sumpah pemuda tersebut. Sama halnya dengan pendapat para penganut eksistensialisme yang menyatakan eksistensi lah yang harus ada terlebih dahulu daripada sebuah esensi, namun sebenarnya apalah arti eksistensi tanpa esensi? Lebih tepatnya ibarat sayur tanpa garam yang terasa hambar ataupun cinta tanpa kasih sayang, yang begitu menyedihkan dan dapat dikatakan memilukan.
Tak sebatas dipermasalahan seremonial saja, dewasa ini kita lihat banyak sekali fenomena konflik antar golongan seperti tawuran antar pelajar, tawuran supporter sepakbola hingga perang suku yang dimana kejadian tersebut sangat menodai kesucian sumpah pemuda. Mari kita sejenak kembali ke masa lalu, jika membaca sejarah-sejarah yang ada maka kita dapat tergugah dan bahkan dapat membayangkan bagaimana keadaan pemuda sekarang dan pemuda pada zaman dulu. Itulah masa lalu, sebuah sejarah yang tidak bisa dibeli dan mungkin hanya mimpi yang dapat membuatnya terulang kembali seperti sama percis. Berbeda memang tantangan yang harus dihadapi oleh pemuda saat ini dimana tekhnologi yang sangat canggih dan arus informasi yang sangat deras seakan segala sesuatu hal buruk bisa dengan mudahnya merasuk kedalam diri para pemuda. Layaknya sebuah sampah, para pemuda sekarang ini dengan berbagai macam permasalahannya seakan-akan terus menggunungkan sampah hingga menumpuk di negeri ini. Bertepuk sebelah tanganlah bangsa ini jika melihat fenomena yang ada, karena para pemuda yang menjadi harapan bagi suatu bangsa malah menimbulakn permasalahan.
Sebagai pemuda sudah saatnya kita menyadari tugas kita sebagai arsitek bangsa yang dapat membangun negeri ini. Namun perlu diingat semuanya itu janganlah hanya sebatas wacana saja, jangan hanya mimpi saja tetapi mulailah dari sekarang untuk merealisasikan apa yang menjadi mimpi dan cita-cita kita dengan usaha nyata. Mulai dari saat ini mari kita cari solusi bagaimana menyelesaikan permasalahan “Sampah Pemuda” yang tentu dapat memberikan pengaruh besar pada keindahan, kebersihan, dan kesehatan negara ini.


0 komentar:

Posting Komentar